Senja itu baru saja turun hujan deras, dan di dalam hujan itu matahari seakan bergegas bersinar. Padahal seharusnya ia tenggelam. Aku membatin sepertinya sebentar lagi akan ada pelangi. Oh indahnyaa.. pelangi di senja hari.
Aku sangat menyukai pelangi. Begitu banyak ciptaan Allah yang indah di dunia ini. Tapi bagiku, pelangi adalah ciptaan Allah yang sangat indah. Di senja ini, aku lagi-lagi melihat keindahan itu.. entah mengapa pelangi seakan memiliki kesan tersendiri bagiku. Aku memiliki kisah di balik pelangi yang sangat aku kagumi.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh kakakku dari belakang
“Hey… melamun aja ni, udah senja tau, bentar lagi juga maghrib. Ayok pulang” Tiba-tiba Kakakku, Arini, menepuk pundak dari belakang yang membuatku kaget.
"Eh, ayuk ni ngagetin saja. Bentar yuk.. aku mau lihat pelangi. Tu udah ada sedikit, sebentar lagi pasti pelanginya sempurna” jawabku.
“Hemm… Ranti, kamu masih mengingat pelangi itu?”
“Maksud ayuk, Nanda??”
“Yaaa siapa lagi? Bukankah dia pelangi yang berpijak di tanah yang kamu kagumi, selain dari pelangi di langit itu?” ucap kakakku sambil menunjuk kearah pelangi yang tadi aku kagumi.
Kakak perempuanku ini selalu tahu tentang diriku karena ialah tempatku selama ini curhat.
“Ayuukk… aku masih mengingat dia. Jujur aku masih mengaguminya walau aku sendiri tidak tau apakah dulu dia juga mengagumiku atau tidak. Bahkan aku pun tidak berani mengungkapkanya.
Sekedar memberitahu apa yang aku rasa. Selama ini aku bertahan dalam diam. Bahkan hingga saat ini, aku masih saja berkomunikasi dengan Nanda meskipun hanya di media sosial saja. Dan tak sekalipun kami membahas tentang perasaan!”
“Kenapa kamu nggak jujur saja tentang perasaan mu sama dia?”
“Nggak yuk.. aku nggak berani.”
“Kenapa? Apa perlu ayuk yang kasih tahu dia tentang perasaanmu”
“Yaa karna selama ini kami tak lebih dari kakak dan adek. Dia perhatian sama aku karna dia menganggap aku adeknya. Tak lebih. Aku khawatir nanti hubungan kami jadi nggak akrab lagi”
“Ranti sayang… sudahlah. Mungkin benar sekarang bukanlah saat yang tepat. Nanti suatu hari kamu pasti menemukan saat yang tepat itu koq!” hibur kakakku
Hemmm.. tak terasa ternyata pelangi cuma ada setengah. Dan berangsur pula Magrib datang. Kami pun meninggalkan pantai tempat kami menghabiskan senja hari.
Yaa.. aku tinggalkan pantai. Ku titip salamku kepada pantai untuk lelaki yang aku kagumi, Nanda. Aku tidak tau bagaimana nasib kita kedepanya. Apakah mungkin engkau akan menjadi tulang punggungku dan aku menjadi tulang rusukmu? Tapi aku selalu berdo’a kepada Allah agar kita di pertemukan dengan orang yang baik di matanya..
Pantai.. titip pelangiku di senjamu.
Setibanya di rumah, setelah salat magrib, aku kembali membuka diary-diary dan album foto di lemariku. Entah mengapa pelangi itu mengingat masa-masa putih abu-abu 4 tahun yang silam. Karena pelangi di senja itu, membuat aku teringat dan mengingat kembali masa-masa indah yang aku rasakan.
4 tahun yang lalu, disaat kami sedang sibuk dengan ujian praktek kelas 3 MAN, kami dapat tugas dari guru agar mencuci semua foto teman-teman sekelas. Lalu menempelnya di dalam sebuah album besar, langsung dengan biodata teman-teman serta kesan dan pesan nya untuk kami. Aku membuka lagi album itu. Dan hati menuntun ku agar segera mencari nama Nanda. Terpampang jelas foto nya disana. Tidak terlalu ganteng, tidak juga jelek. Tapi dia terlihat manis. Semanis sikapnya kepadaku selama 3 tahun kami menghabiskan waktu bersama di putih abu-abu.
Lalu, ada kesan dan pesannya untukku. Kesan nya dia senang bisa kenal dengan aku. Dia bangga punya sahabat sekaligus adek sepertiku. Dan pesannya.. sebuah lirik lagu yang tak asing di telinga, hanya di robah sedikit lirik akhirnya.
Menarilah dan terus tertawa,
Walau dunia tak seindah surga,
Bersyukurlah pada yang kuasa
Cinta kita di dunia..
Selamanyaaaa..
Itulah pesannya untukku. Ahh… mengingat lagu itu membuatku merasa rindu lagi kepada nya. Bahkan tak jarang kadang air mata ini menetes mengingat dia yang jauh disana. Dia selalu ada di saat aku membutuhkan. Mendengar curhatku, membantuku mengerjakan PR, bahkan membantu urusan pribadiku disaat aku lagi ada masalah di keluarga.
Yaa.. aku banyak masalah dalam keluargaku. Yang membuat aku tak bisa pisah dari tangis air mata dan kesedihan.
Orang tua yang pisah, dan kami yang menderita.
Jujur.. aku tidak mengerti. Mengapa mereka berpisah? bukankah dulu mereka yang berkomitmen untuk membangun rumah tangga yang Sakinah, Mawaddah, Warahmah?. Tapi sekarang buktinya mereka tak lagi bersama dengan hanya menyisakan puing-puing kepedihan untuk kami. Mereka tidak memikirkan kami. Sejak saat itu aku sangat benci dengan ayahku yang memilih beristri dan berkeluarga lain.
Aku hidup terlunta-lunta, berpisah dengan saudara-saudaraku. Ibuku tak lagi bersuami sekarang. Sejak ia cerai, ia sakit-sakit-an. Dan karna beliau tidak mampu membiayai kami akhirnya kami memilih untuk tinggal bersama orang lain. Orang lain yang mau “memungut” kami. Membiayai sekolah kami. Dengan syarat kami membantu pekerjaan rumahnya. Tak ubahnya seperti seorang pembantu tanpa gaji. Namun, sekolah kami di biayai. Ahh.. itu sudah lebih dari cukup bagiku. Yang penting aku bisa bersekolah dan mewujudkan cita-citaku menjadi seorang guru. Aku ingin menjadi ibu di sekolah dengan banyak anak-anak ku.
Tapi, ternyata hidup tak semudah yang aku fikirkan. Banyak rintangan yang aku hadapi dalam memperjuangkan studi ku. Ahh,.. aku malu menceritakanya. Aku sempat di katai tak tahu diri hanya karena aku lupa memasak nasi, aku di katai gembel gara-gara tinggal di rumah orang, sempat di usir, lalu pindah lagi ke rumah orang yang lain.
Aku pernah mengalami depresi berat. Merasa sangat takut. Saat itu aku baru menginjak kelas satu MAN. Aku hanya bercerita tentang masalah ku kepada Nanda. Banyak teman-temanku yang menanyakan kepadaku kenapa aku jadi murung di sekolah. Dan tidak ceria seperti dulu lagi? Tapi Ntah mengapa saat itu Nanda yang aku percayai untukku bercerita. Kepada Nandalah aku ceritakan semua kisah hidupku dari awal. Sejak orang tua ku berpisah hingga saat kejadian itu. Dan Nanda pula lah yang membantuku keluar dari rumah yang membuatku depresi. Sejak saat itu, ia berjanji akan selalu membuat aku tersenyum. Ia akan selalu menghiburku asalkan aku mau bercerita sama dia kalau aku ada masalah.
Kami menjadi sangat dekat dan akrab. Tapi saat itu kami belum mengenal cinta. Kami tak lebih dari sahabat dan kakak adek.. Kami berpisah ketika kami telah mendapat surat kelulusan. Di tambah lagi Nanda yang saat itu dapat pengumuman bahwa ia di terima di universitas favoritnya dulu. Di UNAND. Universitas Andalas, Padang. Sebelum ia pergi, Nanda pernah mengajak ku ke pantai sore hari. Dan aku mengiyakanya. Di pantai, kami banyak bercerita tentang perjalanan kami selama ini dan bagaimana rencana-rencana kami untuk kedepanya. Tepat sore itu ada Pelangi senja yang menyaksikan kami. Dan kami bejanji meskipun nanti kita sudah terpisah jauh, kita harus selalu memberi kabar bagimanapun keadaan kami. Termasuk bila nanti salah satu di antara kami yang menikah. Kami harus selalu memberi kabar dan menjaga silaturahmi. Kami berjanji di bawah pelangi senja di sore hari.
Aku tersadar dari ingatanku. Tak terasa isya sudah tiba lagi. Aku bergegas mengambil wudhu dan melaksanakan solat Isya. Tak lupa aku selipkan nama Nanda di dalam Do’aku. Ya Allah, Ya Tuhanku.. tolong jaga dia kapanpun dan dimanapun dia berada. Aku menyayanginya. Aminn…
Ya, itulah kehidupan. Kadang yang berpisah siapa eh yang menderita siapa, semoga angka perceraian di Indoensia semakin berkurang
BalasHapusAamiin .
HapusThats right, itulah dilematika sebuah kehidupan. Semangat Neng �� kayaknya ini dari kisah nyata
BalasHapusItu fiksi kak. .Cerpen .Bukan kisah nyata .Hehee
Hapussemangat ya.. tidak selamanya kita berada didalam kesedihan. Insyaallah cepat atau lambat kebahagiaan mu akan menghampiri. Asal tetap berusaha, berdoa, bertawakkal. aamiin
BalasHapusDiantara satu kesulitan terdapat 2 kemudahan
BalasHapussemangaaaat, itulah hidup.
BalasHapus