Memarahi Anak? Fahami Dampak Negatifnya, Yuk!


Ngomongi tentang marah, rasanya ini hal yang cukup menarik ya untuk di bahas. Secara, kan? Siapa sih yang nggak pernah merasakan emosi satu ini? Bahkan orang paling sabar di dunia ini pun pernah marah. Yap! Rasulullah pun pernah marah kepada istrinya.

Belum lagi ngomongi rasa marah ke anak? Rasanya hampir semua orang tua terutama ibu, pernah memarahi anaknya dengan berbagai perangai sang anak. Marah adalah salah satu emosi yang ada pada manusia saat ia merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan hatinya. Hanya saja yang membuat kita berbeda adalah cara kita mengendalikan rasa marah tersebut. Jika marah secara terus menerus, ini malah akan memberikan dampak negatif yang akan merugikan kesehatan diri kita sendiri. 

Nah, sebelum kita berbicara lebih lanjut tentang marah pada anak, ada baiknya kita ketahui dulu dampak buruk marah bagi kesehatan, yuk! Biar bisa berfikir dua kali kalau mau marah. Hehe

Dampak buruk marah bagi kesehatan

Berbagai penyakit bisa datang karena dipicu oleh rasa marah
Ketika marah, sistem saraf memicu berbagai reaksi biologis dan salah satunya adalah pelepasan hormon pemicu stres, seperti hormon adrenalin dan hormon kortisol. Kondisi ini membuat detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan pernapasan jadi meningkat.

Baca juga: Membangun komunikasi dengan anak sejak dalam kandungan

Nah, jika tidak segera diatasi, hormon pada rasa marah bisa berdampak buruk bagi kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung, gangguan pernapasan, sakit kepala, gangguan pencernaan, dan depresi. Banyak banget, ya penyakit yang disebabkan oleh marah ini. Huhuu.. Jadi ngeri, Bund.

Bukan hanya itu, marah yang tak terkendali juga dapat memengaruhi hubungan sosial, pekerjaan, atau membuat kita bermasalah dengan hukum, misalnya saat marah sampai melakukan kejahatan, kekerasan, atau bahkan pelecehan secara fisik.

Sementara marah pada anak, juga memiliki dampak yang buruk buat kesehatan dan mental anak. Apa saja?

1. Anak menjadi tidak percaya diri
Terkadang, orang tua kerap marah ke anak karena perbedaan pendapat, atau anak tidak mengikuti keinginan orang tua nya. Saat anak dimarah secara terus menerus atau berlebihan, maka akan timbul rasa tidak percaya diri pada anak. Ia tidak berani mencoba hal-hal baru karena tidak ingin dimarah orang tuanya. Akibatnya, ya bisa kita ketahui karena rasa tidak percaya diri ini, jiwa eksplor anak jadi berkurang. Ia akan terus berada di zona nyaman karena khawatir dimarahi orang tuanya.

2. Anak menjadi tertutup
Sering liat anak yang pendiam kan, Bund? Tidak banyak interaksi dan bicara secukupnya. Bisa jadi ini karena sering di marah. Rasa marah membuat anak menjadi pendiam, tertutup, suka menyendiri dan selalu merasa apa yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan.

3. Tumbuh menjadi anak yang pemarah pula
Pepatah bilang, 
"Buah yang jatuh tidak jauh dari batangnya". 
Nah, kalau ayah bunda sering memarahi anak, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang pemarah pula. Anak adalah plagiat ulung. Ia akan meniru apa yang orang tuanya lakukan atau katakan. Jadi kita sebagai orang tua perlu berhati-hati saat berbicara atau berperilaku. Karena kita nggak mau anak tumbuh menjadi anak dengan sifat yang buruk. Salah satunya adalah menjadi anak yang pemarah.

4. Anak menjadi stress


Ayah bunda sering memarahi anak? Yuk perlahan-lahan belajar kurangi rasa marahnya. Karena jika tidak, anak bisa stress jika dimarahi terus. Apalagi untuk anak yang tergolong memiliki kepribadian lemah lembut. Kita aja orang dewasa, stres saat dimarah. Dimarahi atasan di kantor misalkan. Atau dimarahi dosen. Stres pada anak akan membuat ia kian sedih dan menghambat perkembangannya.

5. Menjadi suka menentang
Bagi anak yang bisa dibilang memiliki watak keras, sering memarahi anak justru malah membuat dia menjadi suka menentang. Atau istilahnya suka melawan orang tua. Semakin sering dimarah, semakin menentang lah anak. Kebalikan dengan anak yang saat dimarah menjadi minder atau tidak percaya diri. Anak yang suka menentang ini malah akan menumbuhkan hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua nya.

Nah, itu 5 diantara sekian banyak dampak negatif dari marah pada anak. Lalu bagaimana donk mengatasi rasa marah tersebut? Kan terkadang rasa marah itu bisa datang kapan aja. Kadang tidak terkontrol.

Aku ada tipsnya, ni Bund. Untuk mengendalikan rasa marah yang bisa sama-sama kita coba di rumah:

1. Atur nafas dan berhitung

Berhitung untuk menunda rasa marah menjadi tenang 
Saat anak melakukan kesalahan, maka belajarlah untuk atur nafas. Ambil nafas dalam-dalam lalu keluarkan perlahan. Kalau perlu sambil pejamkan mata ssmbari berfikir kata-kata apa yang harus keluar dari mulut tanpa melukai hati sang anak. Dan sebelum keluar kata-kata kasar untuk meluapkan emosi marah kita, maka berhitung bisa menjadi solusi. Hitung 1-10. Jika masih marah juga,  hitung sampai 20 dan begitu seterusnya hingga diri menjadi lebih tenang.

2. Tatap mata anak

Tatap mata anak dan sadari bahwa anak tidak mengerti apa-apa
Anak adalah hasil didikan dari kita. Kesalahan yang dia lakukan, tentu ada peran kita di dalamnya. Apakah kita yang salar ajar, atau kita yang kurang perhatian, atau kita yang salah memilih lingkungan atau sekolah yang baik untuknya. Maka saat anak melakukan kesalahan, tataplah mata anak. Disana terdapat mata yang mengharapkan belas kasihan, kasih sayang, dan perhatian kepada kita. Belum lagi jika anak masih balita. Ia bahkan belum ada dosa apa pun. Ia hanya anak kecil yang mencoba hal-hal baru tanpa tau apakah hal tersebut berbahaya atau tidak. Apakah hal tersebut disukai orang tuanya atau tidak. Dan ini juga menjadi peringatan buat diri saya sendiri yang saat ini punya anak kecil yang sedang aktif-aktifnya.

3. Ketahui penyebab marah
Dengan mengetahui alasan kenapa kita marah, mungkin kita bisa lebih mampu me-manage amarah kita. Misal kita marah sama anak yang masih kecil karena ia main parang atau benda berbahaya, jadi solusinya adalah singkirkan benda berbahaya tersebut sehingga tidak dijangkau anak yang bisa memicu rasa marah. Atau punya anak yang udah bisa berpendapat sendiri. Jika pendapat atau pilihannya tidak sesuai dengan kita, maka ajak ia diskusi mencari yang terbaik. Dengan begitu, rasa marah bisa diminimalisir.

4. Katakan bahwa bunda sedang marah ke anak
Anak juga perlu tau apakah kita sedang marah atau tidak. Apalagi anak kecil yang belum bisa membedakan emosi. Maka sebaiknya katakan apa yang membuat ibunya marah, apa yang membuat kita sedih, apa yang membuat kita senang, dan emosi lainnya. Sehingga anak sedikit-sedikit bisa memahami apa yang harus dan tidak ia lakukan.

5. Diam
Ini adalah solusi yang tepat jika marah kepada anak yang sudah dewasa. Diam adalah cara agar tidak keluar kata-kata yang buruk yang akan menyakiti hati anak.

6. Istighfar, Ta'awudz, Wudhu
Jika Ayah bunda beragama Muslim, Rasulullah juga sudah mengajarkan cara buat mengendalikan rasa marah. Marah adalah perasaan negatif yang jika tidak terkontrol, ia bisa meledak-ledak. Malah bisa jadi seperti orang kerasukan setan. Maka beristighfarlah. Selain itu dengan berganti posisii.

Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits: 

“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Nah, itulah Bunda beberapa dampak negatif marah pada anak beserta tips mengendalikan rasa marah. Saat nulis ini bukan berarti aku adalah ibu yang pintar dalam mengendalikan marah ke anak. Tidak! Kadang aku juga tanpa sadar marah ke anak dan kemudian menyesal. Jadi, kita sama-sama belajar dan berlatih, ya Bund. Semoga kita menjadi orang tua yang sabar. Dan mencetak anak-anak yang berprilaku baik dan berakhlak mulia. Aamiinn.. 

Semoga bermanfaat, ya!😊

Sumber: 

https://www.alodokter.com/kelola-marah-agar-penyakit-tidak-datang

https://www.kmfkunand.com/mading-forsip/mau-marah-tahan-dulu

15 komentar

  1. Penutupnya asyik parenting buat keluarga, mengurangi marah dan managemen marah penting

    BalasHapus
  2. Duh, sedih banget tiap ingat pernah marahi anak secara berlebihan. Terima kasih tipsnya, ya

    BalasHapus
  3. Ini yang aku lakukan salah satunya pada anak ketika mereka berulah adalah tarik napas panjang untuk tahan emosi.Aku atur napas sambil pejamkan mata sampai akhirnya bisa juga sampaikan kata-kata dengan kondisi emosi yang sudah stabil.Karena memang akan berdampak yang tidak baik ya bun marahi anak jika saat emosi

    BalasHapus
  4. dulu, stres bikin saya sering marah

    sedihnya pelampiasan ke anak, karena hanya ada mereka

    untung saya rajin ke pengajian dan diajarin cara untuk mengerem kemarahan

    BalasHapus
  5. Yang orang dewasa kena marah aja ngefek kemana-mana ya..Apalagi anak yang lebih rentan.. Semoga kita selalu diberi kesabaran untuk bisa menahan diri gak marah ke anak-anak..Selalu bertutur kata baik dan lembut biar anak juga bersikap yang sama..

    BalasHapus
  6. huhuhu, saya nih kadang masih suka marah pada anak. Setelah marah baru nyesal deh. Kadang-kadang suka nangis kalo habis marahin anak, nyesal mengapa saya bisa seperti itu

    BalasHapus
  7. Marah ternyata berdampak negatif bukan hanya pada "korban" tapi juga pelaku. Saya biasanya masuk kamar, wudlu dan diam di kasur...

    BalasHapus
  8. Kalau habib syech mengajarkan berkata allahu yahdi .bacaan ini kalau orangtua emosi melihat kelakukan anak bengal/nakal.

    BalasHapus
  9. Seringkali saat marah tuh omongan kita jadi tak terkontrol ya. Bahkan saking muntabnya, segala omongan kebun binatang keluar tanpa kita sadari. Yang dimarahipun akhirnya merekam semua itu hingga bisa menjadi dendam. Apalagi jika ini kita lakukan pada anak-anak yang notabene adalah sebuah kertas putih yang coretannya dipegang oleh kita.

    Kalau saya sih diajarkan oleh orang tua untuk tenang, mandi lalu berbaring. Syukur-syukur bisa tidur sekalian. InshaAllah biasanya setelah itu emosi kita akan reda.

    BalasHapus
  10. Marah menurutku salah satu emosi yang wajar banget dimiliki oleh manusia. Yang salah adalah marah-marah. Beda kan antara marah dan marah-marah itu? Aku sempet baca buku berjudul marah yang bijak, jadi memang marah itu diperbolehkan dan harus dikeluarkan malah supaya gak tertimbun. Kalau tertimbun dan meledak justru bahaya ya mbak

    BalasHapus
  11. Sesama dewasa saja kalau ada kemarahan dampaknya tidak baik. Apalagi kepada anak-anak. Jadi pengingat nih buat dipraktekkan ke keponakan

    BalasHapus
  12. Kuncinya emang harus mamak yang belajar mengelola emosi agar mampu dengan bijak berkomunikasi dengan anak saat emosi sedang tidak baik

    BalasHapus
  13. Setuju nih dampakortu kalau marah pada anak bisa bikin anak ga happy dan perkembangan mental anak jadi terganggu ya ..bermanfaat banget nih artikelnya

    BalasHapus
  14. Ini masih harus selalu aku latih sih, menahan amarah ke anak. Aku jujur susah sabar saat menghadapi mereka mba, tapi juga ngerasa menyesaaaal banget kalo udah marah :(.

    Kadang suami yg super sabar, selalu nasehatin utk ga marah2 kalo mereka memang ga tau cara mengerjakan tugas2nya,semakin aku marah, mereka bakal semakin takut ngerjain soal2..

    Makanya kalo marah udah mulai muncul, biasanya aku buru2 menyendiri dulu di kamar, jangan sampe malah ngucapin kata2 yg bisa nyakitin anak2.

    BalasHapus
  15. Waktu baru punya anak pertama, saya dan suami sering banget marah-marah ke anak. Penyebabnya karena kondisi ekonomi dan badan capek, bikin hati nggak dan otak ruwet. Belum lagi masih dalam masa penyesuaian karakter dengan pasangan. Anak yang ngga tau apa-apa jadi sasaran kemarahan ketika ada hal yang tidak sesuai harapan.

    Alhamdulillah sekarang lebih santai menghadapi segala sesuatu. Termasuk menghadapi anak juga nggak pakai marah-marah lagi.

    Alhamdulillah lagi, anak sulungku tumbuh sehat fisik dan mentalnya meski kami dulu sering marah. Kami coba perbaiki cara asuh kami dan melimpahkan kasih sayang sebagai cara meminta maaf dan mengobati hatinya yang dulu mungkin 'terluka'.

    Baca tulisan ini jadi flash back buatku. Semoga kita semua bisa jadi ortu yang baik bagi anak.

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan komentar yang baik-baik ya teman-teman. :-)

I'm Part Of:

I'm Part Of: