Review Buku: Novel Bumi Manusia


Hallo teman-teman.. kali ini masih dalam review buku yak. Namun kali ini aku nge-review buku yang berbeda dari yang sudah-sudah. Buku yang luar biasa di tulis oleh orang yang luar biasa pula. 

Hemm… Koq aku jadi takut salah tulis review ya? Wkwk..

Namun tak apalah yaaa.. aku coba nge-review sesuai dengan apa yang aku rasa dan apa yang aku dapat setelah membaca novel ini. novelnya berjudul Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer

Buku yang udah lamaaaaa bangett. Dicetak beberapa kali. Dan ini pertama kalinya aku baca buku karya Om Pramoedya (Om ni yeee.. wkwk). Seorang tokoh yang hidup sebelum Indonesia merdeka.
Sebelum ke Bukunya kita baca dulu detail buku dan tentang penulis yokk..

Detail Buku:

Judul: Bumi Manusia
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Lentera Dipantara
Tempat Terbit: Multi Karya, II/26 Utan Kayu, Jakarta Timur, Indonesia 13120
Tahun Terbit: 2011
Edisi: Cetakan ke 17
Jumlah Halaman: 535 hlm
Tokoh Utama: Nyai Ontosoroh,  Minke, Annelies
ISBN: 979-97312-3-2


Tentang penulis
Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam fikiran, apalagi dalam perbuatan ~Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya lahir pada 1925 di Blora, Jawa Tengah. Hampir separuh hidupnya dihabiskan dalam penjara. 3 tahun dalam penjara kolonial, 1 tahun di orde lama, dan 14 tahun di Orde Baru tanpa proses pengadilan. Pada tanggal 21 Desember 1979 Pramoedya mendapat surat pembebasan secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat dalam G30S PKI tetapi masih dikenakan tahanan rumah, tahanan kota, tahanan Negara sampai tahun 1999 dan wajib lapor ke Kodim Jakarta Timur satu kali seminggu selama kurang lebih 2 tahun. Beberapa karyanya ditulis saat ia dalam masa tahanan. Diantaranya adalah tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca).

Pramodya senantiasa menulis. Karena menulis adalah bagian dari hidupnya walaupun ditentang oleh pemerintah sekalipun. Berkali-kali karyanya di larang dan di bakar. 

Baca juga: Review Buku Makrifat Cinta Rabiah Al-Adawiyah

Dari tangannya lahir 50 karya yang diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa asing. Karena kiprahnya di gelanggang sastra dan kebudayaan, Pramoedya Ananta Toer dianugerahi berbagai penghargaan internasional, di antaranya: The PEN Freedom-to-write Award pada tahun 1988, Ramon Magsaysay Award pada tahun 1995, Fukuoka Cultur Grand Price, Jepang pada tahun 2000, tahun 2003 mendapatkan penghargaan The Norwegian Authours Union dan tahun 2004 Pablo Neruda dari Presiden Republik Chile Senor Ricardo Lagos Escober. 

Sampai pada akhir hidupnya, ia adalah satu-satunya wakil Indonesia yang namanya berkali-kali masuk dalam daftar Kandidat Pemenang Nobel Sastra.

Sinopsis Novel:
Aku mengangkat sembah sebagaimana biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orang tuaku waktu lebaran. Dan yang sekarang tak juga kuturunkan sebelum Bupati itu duduk enak di tempatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu... Sembah pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini. (Dialog Minke dengan Ayahnya)

Ialah Minke. Seorang pemuda Pribumi terpandang pada masa penjajahan Belanda. Namun tetap saja pada masa penjajahan, masyarakat Pribumi dipandang lebih rendah kedudukannya daripada masyarakat berkulit putih. Walaupun Ayah dan Bunda Minke mempersiapkan Minke untuk menjadi Bupati, namun Minke tetap punya pilihan hidupnya sendiri. Ia tidak ingin jadi Bupati. Namun Minke tetap menganggap pendidikan adalah suatu keharusan. Sebagai bekal hidupnya. Ia merupakan siswa H.B.S. Sekolah bergengsi pada masa itu. hanya orang-orang berkulit putih dan pribumi berkedudukan saja yang bisa sekolah di sekolah ini. Minke, seorang pemuda yang ingin keluar dari ke-Jawa-annya namun juga menentang budaya eropa yang menyelimuti .

Dan Minke mengagumi sosok Nyai Ontosoroh. Seorang Gundik (Wanita simpanan) dari Tuan Mallema. Nyai dibeli oleh Tuan Mallema dari kedua orang tuanya. Tuan Mallema adalah seorang pengusaha keturunan Eropa. Minke mengagumi wanita tua yang telah memiliki 2 anak dari Tuan Mallema tanpa adanya sebuah pernikahan. Hal ini dikarenakan selain karena sama-sama Pribumi, Nyai Ontosoroh berbeda dari Gundik yang lainnya. Dia pintar. Ia memimpin sebuah perusahaan milik Tuam Mallena dari nol. Wawasannya luas walau dia tidak sekolah. Hal itu karena didikan Tuan Mallema yang telah mengajarinya membaca dan menulis. Ia memiliki perpustakaan pribadi di rumahnya. Begitupun Nyai Ontosoroh, sangat menyayangi Minke seperti anaknya sendiri. Ia memanggil Minke dengan panggilan Sinyo.

Anak Nyai Ontosoroh bernama Annelies Mallema dan Robert Mallema. Annelies wanita yang begitu cantik. Begitu sempurna fisik dan parasnya. Annelies memilih mengikut ibunya yang seorang Pribumi. Sementara Robert memilih memberontak. Ia tidak ingin di anggap sebagai Pribumi. Ia adalah keturunan Eropa sebagaimana ayahnya.  Minke dan Annelies saling menyukai. Bahkan saat Minke ditangkap tanpa keterangan di rumah Nyai Ontosoroh, Annelies sakit keras berhari-hari. Hanya Minke yang mampu menyembuhkannya. Ya. Minke adalah dokter pribadi Annelies.

Sementara Robert, ia adalah kakak kandung Annelies. Namun ia juga mencintai Annelies. Dan cemburu dengan Minke yang begitu mudahnya mendekati Annelies dan keluar masuk kamar Annelies. Robert pun tidak dipedulikan lagi oleh Nyai Ontosoroh. Ia membenci Robert sebagaimana ia membenci Tuannya. Tuan Mallema. Yang sudah menjadi orang asing baginya sejak ia minum minuman keras. Yang berubah sejak didatangi oleh anak sah Tuan Mallema dari istri sah yang digugatnya.

Baca juga: Review Novel Keputusan Vertikal Limit

Namun masalah begitu kompleks terjadi antara Minke, Annelies, dan Nyai Ontosoroh. Bagaimana mereka terjebak dalam kasus matinya Tuan Mallema di rumah Ah Tjong lalu Minke dikeluarkan dari sekolah, lalu diterima lagi. Bagaimana Minke menjadi seorang penulis dengan menulis kisah-kisah orang terdekatnya sendiri dengan nama samaran. Bagaimana Juffrouw Magda Peter sang guru yang sangat membela Minke. Namun kemudian di usir dari Bumi Hindia karena pembelaannya.

Lalu bagaimana pula kisah cinta antara Annelies, Minke dan Robert? Ya. Annnelies akhirnya menikah dengan Minke walau sebelumnya ia pun telah “dinodai” oleh Abangnya sendiri yang ia sebut sebuah kecelakaan. Dan akhir kisah yang tragis pula terjadi pada Annelies. Ketika ia harus pergi meninggalkan Minke dan Mamanya karena ketidakberdayaan mereka di depan hukum. Perebutan harta peninggalan Tuan Mallema oleh anak sahnya.

Review Buku:


Nahh.. sekarang kita masuk ke Review buku teman-teman. Alur cerita bagiku lumayan rumit. Dan terkadang menggunakan diksi dan gaya bahasa yang sulit untuk aku fahami. Bahkan aku pun membaca berulang untuk dapat memahami maksud dari beberapa paragraf isi buku. Yaa hal itu dapat dimaklumi karena buku ini juga masih kental dengan gaya bahasa buku zaman dahulu. Perlu kesabaran dan pencernaan dalam memahaminya.

Tokoh yang begitu banyak di dalam buku juga terkadang membuat saya bingung dan lupa siapa saja nama tokohnya dan bagaiamana  penokohannya. Karena banyak tokoh yang hanya dijelaskan sedikit saja di dalam bukunya. Namun pengaruhnya terhadap alur cerita sangat kuat.

Membaca buku ini membuat saya menjadi tertantang untuk segera menuntaskannya. Banyak hal baru yang saya temui disini. Terutama tentang bagaiamana budaya dan kehidupan masyarakat pada zaman penjajahan Belanda dahulu. Sebuah pelajaran sejarah yang tidak saya dapatkan di dalam bangku sekolah. Yes. Novel ini berisi tentang kisan Romance sekaligus sejarah juga nilai kemanusiaan. Membaca novel ini membuat saya merasa prihatin dengan kehidupan masing-masing tokoh. Sebuah takdir yang mau tak mau harus dijalani tokoh. 

Oh ya, wawasan baru yang saya dapatkan disini adalah bahwa tidak semua orang Eropa pada saat penjajahan Belanda adalah orang yang jahat. Hanya saja mereka pun tak bisa membantu masyarakat Pribumi. Yang bisa membantu mereka adalah masyarakat Pribumi itu sendiri. Aku lupa nama orang Eropa tersebut di dalam Novel ini. Dan orang itu berharap banyak pada Minke. Seorang Pemuda Pribumi yang cerdas. Yang sekolah tinggi.

Bagi teman-teman yang membaca novel ini, aku saranin agar bersabar membacanya hingga tuntas. Dan benar-benar memahami nama tokoh dan penokohan agar makin gamblang dalam memahami isi dan alur cerita.
 
Okay, itu ya teman-teman review Novel Bumi Manusia dari aku. Maaf ya jika kalian sudah pernah baca novel ini ataupun setelah baca novel ini kalian kurang puas dengan review yang aku buat. Karena jujur, aku sendiri pun harus berjuang kembali mengembalikan sisa-sisa ingatan setelah membaca novel yang lumayan kompleks permasalahannya ini.

So, kalian tertarik untuk membacanya?

2 komentar

  1. Jadi pengen baca bukunya sampai habis nih baca review ai eneng. Btw kita ini moga jadi manusi bermanfaat ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayukk dibaca mbak. Aamiin.. Mga kta jd mnusia bermanfaat mbak

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan komentar yang baik-baik ya teman-teman. :-)

I'm Part Of:

I'm Part Of: