Farewell (Part 1)


Aku kembali memeriksa stok barang-barang di toko. Mencatat apa-apa saja  yang sudah habis untuk dibeli lagi pada belanja selanjutnya. Bukan hanya mengecek barang-barang yang laku terjual. Tapi juga mendata barang-barang apa saja yang tidak habis bulan ini. Alhamdulillah bulan ini omset makin meningkat. Makin banyak yang berbelanja di toko yang sudah beberapa tahun ini aku rintis bersama suami tercinta.

Suami yang sudah rela memperistriku dengan segala kekurangan yang aku miliki. Bahkan mengangkatku dari lumpur hitam yang penuh noda, menjadi mutiara yang paling berharga. Memilih ku menjadi istrinya sementara ia kala itu menjadi idola para wanita cantik. Padahal bisa dibilang aku dan suami bukan lah pasangan yang sederajat. Tidak sekufu. Suamiku seorang pekerja kantoran dengan keluarga yang utuh dan kaya. Sementara aku?, seorang gadis biasa yang keseharian hanya membantu ibu jualan di warung mini. Ayah?? Jangan ditanya. aku sudah tidak mengenal ayah lagi sejak peristiwa itu. Seorang Ayah yang tega meninggalkanku, ibuk, dan adek-adek yang masih kecil dan memilih keluarga yang baru.
Meski aku tidak dendam, namun aku akan selalu ingat peristiwa penuh air mata itu.

Sekarang Aku sudah merekrut beberapa tetangga yang tidak lagi sekolah untuk diperkejakan di toko. Salah satunya adalah Bayu. Lelaki muda yang aku temui di sebuah Masjid, ketika Aku dan keluarga sedang liburan di kota. Aku melihat lelaki itu menangis sambil memangku sebuah Al-Qur’an Coklat. Aku menghampirinya, mengajak mengobrol, lantas mengajak makan hingga kemudian memperkerjakan Bayu di tokoku. Yaa hitung-hitung beramal dengan membuka lapangan kerja, sekaligus juga memudahkan pekerjaanku dalam mengurus toko yang kian hari kian berkembang. Apalagi sekarang Aku memiliki 2 orang anak. 1 nya bernama Erik berumur 4,5 tahun yang saat ini sekolah TK, dan 1 nya lagi masih berumur 1 tahun 2 bulan. Jadi focus harus banyak ke anak-anak yang masih balita ini. Bukan karena Mas Nada tidak mau membantu. Tapi karena suamiku yang seorang pekerja kantoran. Sehingga toko ini pun sebagian besar Aku yang urus. Not Problem. Aku terbiasa mandiri sejak masih gadis. Biasanya ketika aku lagi ada kesibukan seperti ini, anakku yang masih menyusui di titip dulu sama Ibu yang hanya jarak 2 rumah dari toko.

“Assalamu’alaikum, Isna?”, sapa Bu Lina. Tetangga jauh yang sudah menjadi langganan toko kami. Bu Linda sering belanja banyak barang di toko. Karena beliau juga menjual secara ecer lagi di warung nya. Ya, Desa ku termasuk Desa yang memiliki banyak penduduk. Dan kabarnya akan ada pemekaran desa. Selain bentuk usaha masyarakat ini adalah berkebun, namun banyak juga yang memilih untuk buka usaha kecil-kecilan seperti membuka warung.

“Waalaikumussalam Wr. Wb, ehh.. Ibu Linda. Mau belanja apa, Bu? silahkan”, balasku

“Oya, Ratih, Bayu. Tolong dilayani ya, Bu Linda”, aku meminta bantuan kepada Ratih dan bayu. 2 orang pegawai tetap yang menjadi kepercayaanku.

“Iya, Mbak”, jawab mereka hampir bersamaan.

“Kalau ada apa-apa ke mereka aja ya, Bu. Saya mau jemput Erik dulu. Sudah jam dia pulang.”, aku berkata kepada Bu Linda dengan ramah.

“Iya Isna, santai aja. Ibu cuma beli beberapa kardus mie instan sama minuman aja. Karena yang lama juga masih banyak”, jawab bu Linda tersenyum tipis sambil tetap focus dengan barang yang mau ia beli.

“Oh., gitu bu, hehee.. ok lah. Bu, nanti minta tolong sama Bayu aja angkat mie nya. Orang berat nggak boleh bawa yang berat-berat,” gurau ku.

“Ahh..kamu ni Isna, mentang-mentang udah langsing sekarang,”. Balas bu Linda sambil tertawa tak mau kalah sama gurauan yang aku lontarkan.

Kemudian aku pergi dengan sebelumnya menyerahkan catatan barang yang tadi aku data ke Ratih.

“Nanti mbak lanjutkan yaa mendatanya. Simpan dulu. Kasian Erik udah nunggu”, pesan ku kepada Ratih.

“Siap Boss”, balas Ratih sambil mengedipkan matanya.

Aku tinggal di sebuah desa. Bukan desa terpencil. Aku tinggal di sebuah desa yang sudah lumayan maju. Hanya 1 jam saja perjalanan dari rumah maka ia akan dengan mudah mencapai kota. Kota Raflesia, dimana di kota ku terdapat suatu Benteng peninggalan Inggris yang tetap berdiri kokoh meski sudah berumur ratusan tahun. Sebuah kota yang memiliki pantai yang begitu panjang sehingga menjadi objek wisata andalan baik pagi turis local, mancanegara, hingga turis asing.

Sudah jam 10.15 wib. Anakku yang sekolah di TK Rintisan Kasih Ibu pasti sudah menunggu. Isna segera bergegas mengeluarkan motornya dari bagasi. Motor yang memang belum aku keluarkan dari tadi pagi. Setelah memanaskanya sejenak, lalu aku berangkat.

Setelah sampai di depan pintu gerbang sekolah, anak-anak sudah menunggu di depan sekolahnya. Para orang tua juga sibuk menjemput anaknya masing-masing. Begitupun Aku. Setelah melihat Erik, aku memanggilnya.

“Erik!”, aku melambaikan tangan ke arah Erik yang kemudian dengan segera Erik menghampiri.

Tanpa dimintai aba-aba pun Erik segera naik motor. Lalu meluncur pulang. Ketika sampai di rumah, memeriksa  buku Erik. Sekedar melihat dapat bintang berapa dia hari ini? Apa saja yang ia tulis atau gambar, apakah ada PR atau tidak?

Dan ketika aku membuka buku gambar, aku melihat-lihat gambar Erik yang di coret oleh anak polos nan mungil ini. Lembaran pertama coretan-coretan saja, lembaran kedua gambar manusia dengan pohon kelapa yang di beri 2 buah garis di ujung garis lurus tersebut. Terus aku membuka hingga akhirnya pada gambar terakhir aku melihat sebuah gambar yang asing. Namun tatkala sedang melihat gambar yang asing tersebut hp ku berbunyi.

“Iya, Bu”, jawabku.

 “Astaghfirullahul adzim… Benarkah? Dimana? Bagaimana keadaanya sekarang”, Tanya  ku beruntun dengan sangat terkejut.

Bersambung..

16 komentar

  1. Greget thorrr. Still waiting for next part 😍

    BalasHapus
  2. Lanjut kak :D
    Kalau bisa fontnya dibesarin lagi kak, terlalu kecil

    BalasHapus
  3. nyah ada tulisan fiksi. jadi kangen bikin fiksi.

    BalasHapus
  4. wah ngegantung..gak sabar nunggu lanjutannya

    BalasHapus
  5. Penasaran..kira² gambar asing itu apa ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. ikuti terus ya kakk.. biar tau jawabanya. hehee

      Hapus
  6. Dek, tulisan fiksimu bagus. Enak euy dibaca & bikin penasaran. Ditunggu lanjutannya yaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. masyallah mkaasih mbc ntan.. jdi makin mangats ni.. mbak ntan the best dechh.. hehee

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan komentar yang baik-baik ya teman-teman. :-)

I'm Part Of:

I'm Part Of: